[ PART 3 - LAST ] Bertahan atau Pergi . . .

Tuesday, November 01, 2016
Part Sebelumnya :


        Kondisi kesehatan Afi yang drop menuntunya untuk istirahat total. Dia pun meminta ijin beberapa hari kepada manajernya. Beruntung manajer Afi mengerti kondisi Afi saat itu. Kesehatan Afi yang sedang tidak baik ditambah dengan berbagai macam pikiran aneh tentang Dava dan kantor membuat kondisi kesehatannya tak kunjung membaik. Sampai tiba hari dimana Afi tak pernah membayangkan jika hari itu datang menghampirinya. Hari dimana Afi tak pernah menginginkan hari itu. Disaat kondisi kesehatan Afi mulai membaik, tiba-tiba saja Dava menghubungi Afi melalui chat di sebuah media social.
"Afi, bisa ketemu nggak? Ada yang mau aku omongin" tulis Dava dalam chat tersebut.
Seketika Afi terkejut. Tanpa angin tanpa apa, tiba-tiba saja Dava bertanya hal seperti itu. Pikiran Afi kemana-mana, firasatnya bilang jika Dava ingin membahas tentang perasaan Afi ke Dava.
"Mau ngomongin apa? Kerjaan? Hari ini aku nggak enak badan, besok aja ya insyaallah" balas Afi.
"Iya. Yaudah besok habis maghrib ketemuan ya" balas Dava.
"Iya, insyaallah" balas Afi.

        Keesokan harinya saat mentari mulai terbenam Dava mengirim pesan ke Afi, dia bertanya tentang rencana ketemuan mereka. Sangat diluar dugaan, kondisi Afi hari itu kembali buruk dan memaksanya harus istirahat, tidak bisa keluar. Mengetahui hal tersebut, Afi menawarkan supaya Dava mengatakan apa yang mau dia katakan melalui chat.
"Aku telfon aja ya" tulis Dava dalam chatnya.
"Iya" balas Afi.
Tak lama kemudian Dava menghubungi Afi melalui telepon. Diangkatnya telepon tersebut dan mulailah percakapan diantara Afi dan Dava.
"Kamu kenapa nggak masuk?" tanya Dava sambil membuka percakapan.
"Sakit. Mau ngomong apa?" balas Afi.
"Em ini kita jujur-jujur an aja ya" ucap Dava.
"Iya".
"Kamu suka sama aku ya?" tanya Dava.
Seketika Afi terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa, bagaimana bisa hal ini terjadi? Hal yang sama sekali nggak pernah ada di bayangan Afi tiba-tiba saja datang menghampirinya.
"Em ya pernah tapi itu dulu" jawab Afi yang berusaha jujur dengan sedikit kebohongan.
"Ya sebelumnya aku minta maaf banget ya, maaf banget. Kamu tahu kan kalau suka sama seseorang berarti kita harus siap nerima segala kemungkinannya. Sekali lagi aku minta maaf ya" ucap Dava.
Kata-kata itu seakan membuat Afi shock, kaget dan tak tahu harus bagaimana. Disaat ia mulai belajar melupakan, justru Dava membahasnya kembali namun dengan tema pembahasan yang menyakitkan.

        Setelah itu Dava dan Afi melanjutkan percakapan mereka dengan sedikit berbasa-basi, dimana Dava selalu mengucap maaf atas apa yang tidak bisa ia berikan pada Afi. Tiga hari kemudian Afi kembali masuk kerja dan memohon cuti untuk istirahat selama tiga bulan penuh. Beruntung sang manajer memahami apa yang Afi perlukan dan diperbolehkannya Afi untuk istirahat bekerja selama tiga bulan penuh. Tak ada seorang pun yang tahu akan keputusan Afi untuk istirahat dari pekerjaannya. Isu yang orang lain ketahui adalah "Afi resign".

        Afi memulai hari-hari barunya dengan melakukan sesuatu yang ia suka yaitu menulis. Keputusan yang selama ini tak pernah bisa ia tentukan akhirnya datang secara tiba-tiba. Semua karena telepon pada malam itu, ketika semuanya menjadi sangat jelas dan menyakitkan. Afi pun memtuskan untuk tidak bekerja selama tiga bulan agar dapat menjauh dan tak melihat wajah Dava lagi. Hanya dengan cara itu lah Afi mampu benar-benar melupakan sosok Dava dari hati dan pikirannya. Dan jika saat itu tiba, ketika harus kembali bekerja di kantor dan bertemu Dava lagi, ia tak lagi khawatir akan perasaannya itu.

        Sore itu tepat satu bulan Afi istirahat dari pekerjaannya, ia mendapat sebuah pesan dari teman yang juga satu kantor dengannya. Didapati pada pesan tersebut bahwa temannya yang bernama Indah meminta untuk ketemuan dengan Afi. Dengan santai Afi membalas pesan tersebut bahwa ia menyetujui apa yang Indah minta dan mereka pun ketemuan malam itu juga di sebuah kafe yang lokasinya tak jauh dari kantor mereka.

Afi membuka pintu kafe dan mendapati Indah yang sedang duduk di meja nomor sepuluh. Afi berjalan dengan perlahan menghampirinya.
"Indaahh halo, sudah lama ya ? Maaf tadi agak macet huhu" sapa Afi sambil memohon maaf atas keterlambatannya.
"Hahaha santai aja kali, yaudah duduk gih. Mau pesan apa ?" tanya Indah.
"Emm mbak mbak, pesan orange juice satu ya" ucap Afi sambil memanggil salah satu pelayan di cafe tersebut.
"So, ada apa Indah ?" tanya Afi pada Indah.
"Hhmm aku mau jujur fi, tapi plis kamu jangan marah yaa. Aku minta maaf banget" ucap Indah.
"Nahloh ada apaan sih ndah ? Kamu ini mau ngomong apa sih? Kok pake minta maaf segala" tanya Afi dengan penuh rasa penasaran.
"Jadi sebenarnya aku lagi deket sama Dava. Aku minta maaf banget ya Afi, aku ngomong gini soalnya aku ngerasa nggak enak sama kamu. Maafin aku yaa, kamu nggak marah kan?" ucap Indah dengan ekspresi penuh rasa bersalah.
Afi terdiam selama beberapa detik . . .
"Ooo gituu, hahahaha yauda Indah gapapa. Lagian aku sekarang juga uda biasa aja kok." ucap Afi yang sedikit berbohong pada Indah.
"Afi aku minta maaf bangeet yaa" ucap Indah yang terus memohon maaf pada Afi.
"Udahlah Indah, santai aja kalii hehehe. Gapapa kok,." ucap Afi dengan tersenyum untuk meyakinkan pada Indah bahwa semua itu nothing baginya.
Mereka pun melanjutkan pembicaran dengan tema berbeda yang lebih santai hingga jam dinding menunjukkan pukul delapan malam dan mereka pun kembali ke rumah masing-masing.

        Dalam kamar yang gelap dan suasana malam yang sepi, Afi merebahkan badannya di kasur. Dipikirkannya setiap perkataan Indah. Memang benar bahwa Afi mulai bisa melupakan Dava, namun saat mengetahui kenyataan bahwa Dava dan Indah memiliki hubungan khusus hati Afi seakan sakit. Semua terlihat seakan-akan Afi menjadi orang bodoh. Indah yang ikut bersamanya saat berlibur ke pulau, saat dimana semua masalah itu bermula yang berarti Indah pun tahu akan perasaan Afi terhadap Dava. Namun dalam diam dia menjalin hubungan dengan Dava dan beberapa sahabatnya yang juga ikut ke pulau saat itu pun mengetahui rahasia Indah dan Dava, begitu pula dengan sahabat-sahabat Dava. Tidak, Afi bukan sedih atau marah karena Indah menjalin hubungan dengan Dava. Tapi kenyataan bahwa selama ini Afi telah menjadi orang bodoh lah yang membuatnya sedih, kecewa dan marah. Semua emosi bercampur aduk dalam diri Afi, bagaimana bisa selama ini ketika semua orang mengetahui perasaannya terhadap Dava, disisi lain sebagian orang pun telah mengetahui kenyataan sebenarnya bahwa Dava telah menjalin hubungan dengan Indah. Afi seperti berada pada harapan yang tak mungkin. Afi selalu dibuat berbunga-bunga oleh teman-teman yang meledeknya dengan Dava sehingga membuat Afi menjadi percaya diri dan menaruh harapan, sebuah harapan yang pada kenyataannya adalah harapan yang tiada arti apapun. Harapan yang telah Afi simpan selama setahun lebih hancur hanya dalam hitungan bulan atau bahkan hanya dalam hitungan hari. Semakin hancur lagi ketika harapan itu telah diketahui sebagian orang yang pada kenyataannya mereka telah menghancurkan harapan itu secara diam-diam dan dengan permainan yang sangat cantik.

        Detik itu pula keputusan Afi berubah. Ia memutuskan untuk keluar dari kantor tersebut. Afi tak sanggup jika harus satu kantor dengan orang-orang tersebut. Ini bukan tentang menjadi pengecut atau bagaimana, tapi ini tentang kenyamanan. Afi yang terlanjur kecewa atas pernyataan temannya tersebut memutuskan untuk pergi dari kehidupan mereka. Tak ada kebencian dalam diri Afi terhadap mereka semua, namun rasa kecewalah yang membuat Afi memantapkan keputusannya untuk pergi. Diketiknya surat resign Afi dan dikirimkannya ke manajer Afi. Beruntung prosesnya dipercepat sehingga Afi pun dapat segera meninggalkan kantor tersebut. Kini Afi memulai hidupnya kembali di tempat baru dengan suasana baru dan orang-orang baru. Ia menjadi lebih fokus terhadap hobinya yaitu menulis. Ditulisnya setiap khayalan-khayalan yang mengisi pikirannya dan dituangkan dalam beberapa buku karyanya yang kini telah terbit di seluruh toko buku di Indonesia. Afi menjalani hidupnya lebih baik dengan menjadi diri sendiri dan menyisihkan jauh-jauh masalah hatinya. Afi percaya bahwa cinta akan datang pada waktu yang tepat.

---------- SELESAI ----------


Wuaah finally selesai juga ini cerpen hohoho. Maaf ya teman-teman atas keterlambatan yang super duper terlambat. Ada beberapa hal yang harus saya urus dan gabisa ditinggalkan jadi ketunda terus deh nulisnya. Dan maaf juga kalau ceritanya rada loncat atau mungkin rada cepet. Soalnya emang sengaja biar selesai di part 3 dan biar ga terlalu panjang di postingannya hehehe. Kan ga enak kalo baca tanpa ada gambar" hehe ini bagi sebagian orang sih. Aku berencana pengen bikin versi novelnya dengan konflik yang lebih oke tentunya hehe. Kalau pada setuju comment yaah.. :)) ditungguuu guyss :) and thankyouu for reading :* See you soon!

No comments:

Powered by Blogger.