[ PART 1 ] Bertahan atau Pergi . . .

Saturday, April 16, 2016


        Saat sebuah pilihan membuatmu sangat bingung dan tak tau harus memilih yang mana, maka saat itu pula kamu akan menjadi manusia yang selalu berbuat salah dan terpojokkan atas kebimbangan hatimu dalam memilih dua keputusan tersebut. Itulah yang dirasakan oleh Afi. Seorang gadis yang tak mampu menentukan diantara dua pilihan tersebut.

        Afi adalah seorang designer muda yang baru dua tahun bekerja di sebuah kantor advertising. Enam bulan pertama saat bekerja di kantor adalah saat-saat dimana Afi belum menaruh hati pada siapapun di kantor nya. Hingga kemudian hati berkata lain, memasuki bulan ke tujuh, tanpa disadari Afi mulai menaruh hati pada seorang lelaki yang posisinya adalah sebagai supervisor di divisi lain, namanya Dava. Awalnya Afi hanya kagum akan sikapnya yang dewasa, berwibawa dan mampu mengatur uang untuk kebutuhan dia sendiri. Namun semakin hari perasaan itu berubah menjadi rasa cinta tanpa Afi sadari. Perasaan itu semakin dalam saat Dava bersikap baik pada Afi. Sikap baik disini bukan Dava perhatian atau gimana-gimana pada Afi, namun lebih kepada sikap lembut Dava pada Afi. Meski begitu Afi selalu bersikap santai dan berusaha untuk tidak salah tingkah.

        Keadaan seperti itu berlangsung selama berbulan-bulan hingga tanpa terasa telah satu tahun lebih Afi menyimpan perasaan itu diam-diam, tanpa ada orang yang tau kecuali sahabat dekat Afi. Baginya cukup dengan menyimpan perasaan seperti inilah ia mampu tetap bahagia dengan melihat Dava selalu tersenyum. Meskipun terkadang Afi pun sangat ingin tau bagaimana perasaan Dava kepada Afi. Namun sebagai perempuan tiada daya yang dapat dilakukan Afi, dia tak mampu mengungkapkan perasaan itu. Afi hanya bisa menunggu, menunggu dan terus menunggu sebuah kepastian yang masih abu-abu. Beruntungnya Afi selalu dipenuhi oleh pikiran positif yang dapat membuatnya tetap tenang, tersenyum dan bahagia.

       Tetapi apalah arti kebahagiaan yang palsu? Disaat kepastian itu belum datang namun Afi selalu beranggapan kepastian itu telah datang sesuai dengan apa yang ia impikan. Disaat abu-abu itu belum menjadi putih atau hitam kebahagiaan itu akan tetap menjadi kebahagiaan palsu. Hingga suatu hari Tuhan mulai memberi Afi jawaban atas setiap doanya akan kepastian perasaan Dava. Saat kumpul bersama satu divisi cukup banyak yang dibicarakan antara Afi dan rekan-rekannya. Sampai ketika pembahasan berujung pada "siapa yang Afi suka ?" Afi pun secara tidak sengaja memberi clue siapa orang itu dan rekan-rekannya pun secara tidak langsung telah mengerti siapa orang yang di sukai oleh Afi. Sejak saat itu rekan-rekan di divisinya selalu meledek Afi dengan Dava. Mereka tidak ngomong secara frontal, tapi lebih pada sindiran-sindiran halus. Karena dari awal Afi memang telah mengingatkan untuk tidak menyebarluaskan masalah tersebut.

        Kemudian di lain hari ketika Afi dan beberapa teman kantor mengadakan liburan bareng ke sebuah pulau, mereka bermain sebuah permainan yang mengharuskan pemain yang kalah untuk jujur saat diberi sebuah pertanyaan. Pada permainan pertama, Afi kalah dan dia pun diberi pertanyaan "siapa orang yang di sayangi kecuali keluarga dan saudara ?". Seakan diberi cambukan, pertanyaan itu benar-benar membuat Afi kaget. Dia bingung harus berkata jujur atau tidak, karena perjanjian awal adalah setiap pemain yang kalah haruslah menjawab pertanyaan dengan jujur. Afi pun dengan polos menjawab "Dava". Sontak seketika itu juga teman-teman kaget dan Afi pun seketika itu meneteskan air mata. Entah apa yang ada dipikiran dan perasaan Afi saat itu, tanpa disadari dia meneteskan air mata.

        Hari demi hari pun berjalan, seiring berjalannya waktu dan karena telah cukup banyak yang tau akan perasaan Afi ke Dava tanpa disadari entah darimana penyebabnya Dava akhirnya tau perasaan Afi yang sebenarnya. Dan hari itu ketika Afi baru saja pulang dari liburannya di Jogja adalah hari dimana Afi mendapat kabar tentang Dava yang telah tau akan perasaan Afi. Hari itu pula menjadi hari dimana sikap Dava berubah drastis. Dava yang awalnya cukup friendly ke Afi kemudian berubah menjadi sosok yang sangat cuek, super cuek. Afi memang telah memiliki feeling tidak enak sejak beberapa hari sebelum pergi ke Jogja. Ia merasa bahwa Dava mulai tau tentang perasaan Afi ke dia. Tetapi saat itu Afi tak ambil pusing, karena mungkin itu hanya perasaan Afi saja. Hingga hari itu tiba dan Afi sangat kaget juga terpukul. Ia seakan mati gaya, tak tau harus berbuat apa dan harus bagaimana.

        Sejak hari itu, atmosfir kantor benar-benar telah berubah. Afi seperti terpojokkan oleh orang-orang yang telah mengetahui perasaan Afi kepada Dava. Bagaimana tidak? Afi seperti tidak punya siapa-siapa yang berada disampingnya. Orang kantor yang tau akan perasaan Afi hanya dapat meyindir Afi dan Dava. Ada kalanya Afi disindir tetapi dengan cara yang frontal tapi halus. Dan ada kalanya juga Afi disindir dengan cara yang super halus tetapi menyakitkan. Bagaiman tidak menyakitkan? Disaat tidak ada orang yang mendukung Afi, orang kantor justru secara blak-blak an menanyakan hal-hal yang sindirannya tingkat halus seperti :
Sahabat Dava : "Eh Dava tipe cewek yang kamu cari tuh kayak gimana sih ?"
Dava : "Apaan sih nanyain kayak gitu segala"
Teman Dava yang lain : "Eh iya lho Dava kamu cari cewek jangan pilih-pilih banget loh"
Dava : "Apaan sih kalian"
Seperti itulah percakapan mereka yang cukup lantang diucapkan hingga terdengar jelas di telinga Afi.

        Terbesit di pikiran Afi untuk resign dan mencari tempat kerja yang lebih kondusif tanpa ada Dava dan teman-temannya. Afi pun mengajukan resign ke atasannya dengan alasan yang sangat jujur yaitu karena Afi tidak sanggup lagi untuk bekerja satu kantor dengan Dava. Namun pengajuan Afi ditolak karena memang alasan Afi untuk resign belum bisa diterima oleh kantor. Atasan Afi pun memberi pengarahan-pengarahan dan solusi pada Afi agar bisa bertahan di kantor. Afi pun mengiyakan hal tersebut dan berusaha untuk bertahan sesuai apa yang atasannya katakan. Meskipun begitu, hati Afi masih belum bisa memilih antara bertahan atau pergi. Ketika memilih bertahan, Afi dapat menunjukkan pada semua orang jika dia tidak selemah yang mereka bayangkan tetapi dengan bertahan pula dapat membuat luka di hati Afi. Sedangkan pergi belum tentu menjadi solusi terbaik, karena pergi berarti lari dari masalah tetapi hanya dengan pergi Afi dapat dengan mudah melupakan Dava dan segala kenangan pahitnya. Lalu apa yang harus Afi pilih ? apakah bertahan atau pergi ?

To be continue . . .

NB :
Cerita ini masih ada kelanjutannya yaah,. hihihi tunggu kisah selanjutnya :D btw menurut kalian cerita ini layak nggak yah kalo dijadiin novel ? karena jujur aja cerita disini tuh super duper singkat, padahal aku yakin kalo ini dibuat panjang itu bisa makin dramatiiiss hehehehe :D :D please comment yah :)) thankyoooouu,..


Part Selanjutnya :

4 comments:

  1. di tunggu next story nya ya kak
    suka banget deh baca blog nya
    telhalu bilu akika

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ditunggu Part 2 nya ya kak, malam ini rilis nih yang part 2 hihi :D

      Delete
  2. Wah menarik ya.
    Saya suka heran kenapa kalau jatuh hati secara diam-diam itu lebih beresiko dibanding orang yang mendeklarasikan perasaannya secara terang-terangan.

    hmmm...

    Lalu, apakah Afi akan pergi atau bertahan?
    Yahhh bersambung. Hiks hiks

    Btw, nice story.
    Vissit balik ya ke blog saya, www.bukanlampuneon.wordpress.com semoga menyenangkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaa, jatuh hati diam-diam lebih beresiko mungkin karena disimpen sendiri kali ya mas, jadi banyak pikiran aneh" di otak hehehe.
      Makasii uda baca.. Sebentar lagi mau rilis yang part 2 wkwkwk..
      Dena uda buka blognya Mas Pijar, keren banget mas cerpen-cerpennya. Ceritanya bagus-baguss, kata-katanya juga oke bangeet (y) :D meskipun ada beberapa yang dena gagal faham karena terlalu puitis hehehe

      Delete

Powered by Blogger.